Let Me Be You
“Kriiiiing… kriiiiing kriiiing”,
suara alarm yang telah menunjukkan jam enam pagi memecah keheningan Kos Rosetta
yang terletak di pinggiran kota Bandung. Dengan malas seorang gadis bertubuh
kecil dengan rambut sebahu yang berantakan bangun dan mematikan alarm yang
berada tepat disebelahnya. Lisa namanya. Ia berjalan gontai menuju kamar mandi
dan langsung membersihkan badannya untuk berangkat ke sekolah. Bangun pagi dan
mempersiapkan keperluan sekolahnya sendiri memang sudah menjadi keseharian yang
tak pernah lepas dari gadis berwajah manis dengan kulit sawo matang ini.
Wajarlah, ia adalah anak kos. Ia dituntut melakukan apapun sendiri. Walaupun ia masih setengah sadar dan matanya
masih sembab, ia tetap meluncur menuju sekolahnya yang tak jauh dari kos tempat
ia tinggal dengan berjalan kaki. Ya, ia lembur mengerjkan PR Fisika yang
deadline-nya hari ini semalaman.
Sesampainya di kelas, Lisa langsung
duduk dikursinya dan memasang tatapan kosong. “Eh gitu banget mukanya, senyum
kali beb”, goda Tita sahabat sebangkunya. “Hmmm”, balas Lisa sembari melukis
senyum keterpaksaan diwajahnya. “Yaelah, bukan lu aja yang lembur buat tugas
semalem. “Gue juga kali, Lis”, ujar Tita sambil meletakkan tasnya di atas meja
dan langsung duduk di sebelah Lisa yang masih saja melamun. “Masuk masih lama
kan ? Ntar bangunin ya, Lis”, pinta Tita yang terlihat sangat ngantuk dan
langsung tidur dalam posisi duduk. “Hmmm”, jawab Lisa singkat.
“Teng… teng… teng”, bunyi lonceng
yang memekakkan telinga membuyarkan lamunan Lisa dan Tita yang sempat-sempatnya
tertidur. “Aduuuuh cepet banget sih masuknya, nggak tau apa orang masih
ngantuk”, rutuk Tita kesal. “Sssssst !! Bentar lagi Nenek Lampir dateng jangan
berisik, lu mau jadi tumbal dia hari ini ?”, tegur Lisa. “Ya Allah semoga guru
raa..”. Belum sempat Tita menyelesaikan kalimatnya, Sang guru yang dijuluki
Nenek Lampir pun datang dan memasuki ruang kelas yang mendadak hening. Mata
pelajaran pertama dimulai. Fisika.
“Uuuuh kelar juga pelajaran nenek
lampir”, ujar Lisa lega. “Eh jelek, bisa seneng juga ya ?”, tanya Sarah tiba-tiba
dengan nada tak sedap. Sarah adalah gadis populer di sekolah yang terkenal akan
kecantikan dan orang tuanya yang kaya. Semua murid di sekolah suka padanya, tak
hanya laki-laki namun juga para gadis yang iri akan paras dan gayanya yang kekinian.
Namun, semua itu membuat Sarah tumbuh sebagai gadis yang suka menindas anak-anak
lain di sekolah termasuk Lisa. “Biasa aja kali, Sar”, Tita membela Lisa yang
tampak tak suka dengan kehadiran Sarah dan dua temannya. “Helaw, sekolah
sekolah gue terserah gue dong. Lu pada cuma numpang disini, sadar kali ewh”, balas
Sarah dengan songong. “Udah ah, gak banget ngobrol sama duo jelek ntar gue
ketularan jeleknya mereka lagi”, tambah Sarah yang langsung berlalu menuju
kantin diikuti dengan dua temannya. “Dasar anak orang kaya”, gerutu Tita. “Kok lu
diem aja sih digitu-in sama dia ?” tanya Tita kesal. “Akan ada saatnya gue jadi
lebih cantik dari dia, liat aja nanti”, ujar Lisa dalam hati. “Apa Lis ?”, ucap
Tita mengejutkan Lisa. “Eh, nggak kok”, ujar Lisa menutupi perasaannya.
Jam menunjukkan pukul 12:00 diikuti
dengan bunyi bel menandakan waktunya istirahat makan siang. Seluruh siswa dan
siswi SMA Cemara berhamburan menuju kantin sekolah. Tampak kantin penuh sesak
oleh siswa yang mengantri untuk mendapatkan makanannya. “Kantin yuk !”, ajak
Tita pada teman-temannya yang lain. “Yuk-yuk !!”, sahut temannya yang lain
mengiyakan. “Ikutan nggak ?”, ajak Tita pada Lisa. “Nggak ah, gue masih kenyang”,
jawab Lisa malas. “Alaaaah bilang aja nggak ada uang lagi”, sahut Sarah yang
datang entah darimana. “Namanya juga anak kos mana ada uang makan tanggal
segini. Udah habis buat beli sabun biar putih dong, ya kan ?”, tambahnya. “Eh,
bisa nggak sih lu diem aja ? Nyahut mulu kayak burung perkutut. Urusin aja
urusan lu sendiri”, ujar Tita kesal. “Dududu… Eh kayak suara gaib gitu deh.
Kalian denger nggak ?”, ledek Sarah mengabaikan perkataan Tita yang kesal akan
ulahnya. “Udah-udah”, Lisa mencoba menahan Tita agar tak tersulut emosinya. “Nah,
itu baru bener”, tanggap Sarah sambil menjentikkan jarinya ke wajah manis Lisa.
“Tepi-tepi, gue mau lewat. Ntar gue ketularan penyakit kalian lagi, penyakit kulit
item”, ujar Sarah sambil melirik Lisa yang masih duduk dibangkunya.
Teriknya matahari dan bisingnya
suara knalpot kendaraan menemani perjalan pulang Lisa menuju kosnya. Sepanjang jalan
Lisa melihat orang-orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tak
jarang ia menyapa orang yang dikenalnya saat diperjalanan. Lisa memang dikenal
sebagai gadis yang ramah di lingkungan kosnya. Senyum yang terlukis dari
parasnya yang manis terlihat sangat teduh dan
menyejukkan hati.
Sesampainya di kos, Lisa masuk dan langsung
merebahkan badannya yang mungil ke ranjang yang sama sekali tidak empuk.
Ranjang yang berisi kapuk itu memang sudah tidak nyaman lagi digunakan namun
Lisa sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. “Tok… tok… tok…”. Lisa langsung
bangkit dari posisinya dan membuka pintu kamarnya. “Eh Ibu, kenapa ya, Bu ?
Sekarang kan masih tanggal 25, Bu”, ujar lisa yang kaget melihat Ibu Kos
mendatanginya. “Nggak, ini ada titipan”, ucap Ibu Kos sambil menyerahkan
bungkusan berisi tiga botol susu ukuran sedang. “Oooh kirain nagih uang kos, Bu”,
ujar Lisa merasa tidak enak. “Tapi dari siapa ya, Bu ?”, tanyanya heran. Selama
ini ia tidak pernah menerima titipan dari siapapun. “Katanya dia kakak
laki-laki kamu”, jawab Ibu Kos. “Ternyata kakak kamu ganteng juga ya, Lis. Ibu mau atuh punya menantu seperti kakak
kamu, hehehe”, tambahnya sambil berlalu meninggalkan kamar Lisa. “Makasih ya,
Bu”, teriak Lisa yang semakin heran. Lisa adalah anak pertama dikeluarganya. Ia
hanya memiliki satu adik laki-laki yang tinggal bersama dengan orang tuanya di Bogor.
Jadi, siapa sebenarnya yang memberikan titipan ini ? Lisa yang bertanya-tanya
dalam hatinya segera melihat botol-botol susu yang diberikan oleh Ibu Kos tadi.
“Asik rasa coklat”, ujarnya girang. Susu coklat memang kegemarannya.
“Eh ! Apaan nih ?”, ujar Lisa sambil melihat amplop yang ada didalam tas kertas
bersama dengan botol susu coklat tadi. Lisa membuka dan membaca isi surat
tersebut dengan hati-hati. Surat tersebut berisi panduan meminum susu dan catatan
lainnya. Lisa semakin bingung dengan titipan tersebut.
“Apaan sih nih ?”, ujar Lisa penasaran. “Minumnya harus
malem ?”, Lisa tambah penasaran. “Apa sih maksudnya ?”, semakin banyak
pertanyaan yang datang kekepalanya. “Yaudah deh nanti gue minum, kebetulan
nanti malam nggak ada makanan bisa minum ini aja”, putusnya. Lisa langsung
memasukkan susu coklat tersebut ke dalam lemari pendingin di kamarnya yang
kecil itu. “Krrrrr..”. “Duh lapernyaaa”, keluh Lisa. Ia langsung menuju dapur
umum di kosnya dan memasak mie instan simpananya.
Dengan lahap ia menghabiskan mie instan rasa soto
tersebut. Sudah tiga hari ini Lisa hanya makan mie instant sebagai menu makan
siangnya. Tak ada yang asik dan menarik di kos. Hawa bosan cepat sekali terasa
jika sudah ada di kos. Tidak ada yang bisa dilakukan dan juga tidak ada orang. Hanya
ada beberapa kamar yang masih terisi. Maklum, besok hari libur panjang. Banyak teman
kos Lisa yang memutuskan pulang ke kampung halaman untuk bertemu orangtua. “Sepi
banget”, ujarnya sambil menghela nafas dan memutuskan untuk tidur siang setelah
perutnya terisi oleh mie instan rasa soto yang dibuatnya tadi.
Matahari mulai turun, sinarnya berubah menjadi kejingga-an.
Udara sore yang sejuk menyeruak memasuki kamar Lisa. Lisa bangun dengan malas
dan menuju kamar mandi utuk membasuh wajahnya. Tidak ada yang menarik dari
keseharian Lisa. Biasa dan flat. Hanya ada PR yang menumpuk dan hafalan-hafalan
sekolah yang mengiringi kesehariannya. Namun, akhir-akhir ini ia dipusingkan
dengan ulah Sarah yang selalu menindasnya. Entah apa yang diinginkan Sarah
darinya. Terkadang timbul niatan untuk membalas perbuatan Sarah, namun
diurungkannya. Lisa selalu memimpikan mempunyai paras cantik dan juga kulit
bersih seperti Sarah. Kadang saja Lisa berkhayal menjadi seorang gadis yang
populer yang cantik dan baik dikalangan siswa disekolah. Sayangnya, itu hanya
mimpi yang sangat jauh dari kenyataan.
Bulan yang tak lupa ditemani oleh para bintang mulai
menampakkan sinarnya. Menemani sunyinya Kos Rosetta yang ditinggal penghuninya.
Kembali pada keseharian Lisa yang tidak menarik dan datar. Jika bicara cinta,
Lisa sebenarnya naksir kakak kelasnya. Namanya Ken. Ken memang cowo populer
disekolah sama seperti Sarah namun sikap Ken baik, suka menolong dan juga ramah
pada siapapun. “Udah jam segini”, ujar Lisa yang menatap jam yang tergantung di
dinding kamar berwarna biru langit. Jam sudah menunjukkan pukul 07:30. Perut
yang hanya terisi mie instan rasa soto tadi siang pun sudah meraung-raung kelaparan.
Sambil menatap layar smartphone-nya Lisa teringat akan susu coklat tadi siang. “Yaaaah,
padahal gue udah laper, tapi belum ngantuk”, keluh Lisa mengingat susu tadi
hanya boleh diminum sebelum tidur. “Yaudah deh nunggunya sambil ngerjain tugas
Bahasa Inggris aja, lumayan biar nggak terasa banget lapernya”, putusnya.
Ditemani lagu-lagu Taylor Swift kegemarannya, dengan
semangat ia menjawab satu persatu pertanyaan yang diajukan pada buku PR nya.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21:35. Perut Lisa kembali meraung-raung setelah
perhatiannya teralihkan oleh pertanyaan-pertanyaan dalam bahasa inggris. Akhirnya,
ia menutup buku dan langsung mengambil susu coklat yang sudah didinginkannya dalam
lemari es untuk mengganjal perutnya yang sudah berteriak minta diisi. Segera diminumnya
susu coklat tadi. Tidak ada yang aneh dari rasa susunya, sama saja seperti susu
coklat yang dijual di mini market dan
super market. Seteguk dua teguk ia minum
susu coklat yang segar itu sampai habis. Rasa kantuk yang amat sangat tiba-tiba
saja menghampiri Lisa. Dengan gontai Lisa berjalan menuju ranjangnya dan merebahkan
badannya ke kasur yang tak lagi empuk itu. Ia pun tertidur dengan sangat pulas.
Cicit burung, udara sejuk, dan aroma segar dari
rerumputan yang dibasahi hujan dini hari tadi membangunkan Lisa dari tidurnya
yang nyenyak. “Telaaaaat !!!”, teriak Lisa panik setelah sadar jam sudah menunjukkan
pukul 06:30. Secepat kilat ia beranjak mandi dan mempersiapkan semua keperluan
sekolahnya. Tergesa-gesa hingga tak sempat sarapan pagi. Bahkan untuk bercermin
saja ia tak sempat. Setelah mengunci pintu, ia langsung melesat ke sekolah nya
dengan berjalan kaki seperti biasa.
“Cepat !! Cepat !!”, seru Pak Marwoto satpam sekolah yang
hendak menutup pagar sekolah. Dengan terengah-engah Lisa dan teman-temannya
yang juga terlambat berlari menuju gerbang sekolah. “Huuuuh, sampai juga”, ucap
Lisa lega dan langsung menuju ke kelasnya. Sepanjang jalan para siswa memperhatikan
Lisa dari jauh. “Ada yang aneh ya dari gue ?”, tanya Lisa dalam hati. Akhirnya
langkahnya terhenti ke arah kelas 11 IPA 5, kelasnya. Terlihat di dalam sudah
ada Miss Emma yang duduk di depan kelas. Jantung Lisa berdegup kencang dan
kakinya terasa lemas. Seumur-umur Lisa tidak pernah terlambat pergi ke sekolah.
Dengan perasaan campur aduk, Lisa memberanikan diri untuk mengetuk pintu
kelasnya. “Permisi, Miss”, sapanya. Semua murid memperhatikan kedatangan Lisa
dan merasa kaget, tidak terkecuali Miss Emma.
To be continued…
0 komentar:
Posting Komentar