Get me outta here!

Sabtu, 08 Oktober 2016

Let Me Be You

Let Me Be You

            “Kriiiiing… kriiiiing kriiiing”, suara alarm yang telah menunjukkan jam enam pagi memecah keheningan Kos Rosetta yang terletak di pinggiran kota Bandung. Dengan malas seorang gadis bertubuh kecil dengan rambut sebahu yang berantakan bangun dan mematikan alarm yang berada tepat disebelahnya. Lisa namanya. Ia berjalan gontai menuju kamar mandi dan langsung membersihkan badannya untuk berangkat ke sekolah. Bangun pagi dan mempersiapkan keperluan sekolahnya sendiri memang sudah menjadi keseharian yang tak pernah lepas dari gadis berwajah manis dengan kulit sawo matang ini. Wajarlah, ia adalah anak kos. Ia dituntut melakukan apapun sendiri.  Walaupun ia masih setengah sadar dan matanya masih sembab, ia tetap meluncur menuju sekolahnya yang tak jauh dari kos tempat ia tinggal dengan berjalan kaki. Ya, ia lembur mengerjkan PR Fisika yang deadline-nya hari ini semalaman.
            Sesampainya di kelas, Lisa langsung duduk dikursinya dan memasang tatapan kosong. “Eh gitu banget mukanya, senyum kali beb”, goda Tita sahabat sebangkunya. “Hmmm”, balas Lisa sembari melukis senyum keterpaksaan diwajahnya. “Yaelah, bukan lu aja yang lembur buat tugas semalem. “Gue juga kali, Lis”, ujar Tita sambil meletakkan tasnya di atas meja dan langsung duduk di sebelah Lisa yang masih saja melamun. “Masuk masih lama kan ? Ntar bangunin ya, Lis”, pinta Tita yang terlihat sangat ngantuk dan langsung tidur dalam posisi duduk. “Hmmm”, jawab Lisa singkat.
            “Teng… teng… teng”, bunyi lonceng yang memekakkan telinga membuyarkan lamunan Lisa dan Tita yang sempat-sempatnya tertidur. “Aduuuuh cepet banget sih masuknya, nggak tau apa orang masih ngantuk”, rutuk Tita kesal. “Sssssst !! Bentar lagi Nenek Lampir dateng jangan berisik, lu mau jadi tumbal dia hari ini ?”, tegur Lisa. “Ya Allah semoga guru raa..”. Belum sempat Tita menyelesaikan kalimatnya, Sang guru yang dijuluki Nenek Lampir pun datang dan memasuki ruang kelas yang mendadak hening. Mata pelajaran pertama dimulai. Fisika.
            “Uuuuh kelar juga pelajaran nenek lampir”, ujar Lisa lega. “Eh jelek, bisa seneng juga ya ?”, tanya Sarah tiba-tiba dengan nada tak sedap. Sarah adalah gadis populer di sekolah yang terkenal akan kecantikan dan orang tuanya yang kaya. Semua murid di sekolah suka padanya, tak hanya laki-laki namun juga para gadis yang iri akan paras dan gayanya yang kekinian. Namun, semua itu membuat Sarah tumbuh sebagai gadis yang suka menindas anak-anak lain di sekolah termasuk Lisa. “Biasa aja kali, Sar”, Tita membela Lisa yang tampak tak suka dengan kehadiran Sarah dan dua temannya. “Helaw, sekolah sekolah gue terserah gue dong. Lu pada cuma numpang disini, sadar kali ewh”, balas Sarah dengan songong. “Udah ah, gak banget ngobrol sama duo jelek ntar gue ketularan jeleknya mereka lagi”, tambah Sarah yang langsung berlalu menuju kantin diikuti dengan dua temannya. “Dasar anak orang kaya”, gerutu Tita. “Kok lu diem aja sih digitu-in sama dia ?” tanya Tita kesal. “Akan ada saatnya gue jadi lebih cantik dari dia, liat aja nanti”, ujar Lisa dalam hati. “Apa Lis ?”, ucap Tita mengejutkan Lisa. “Eh, nggak kok”, ujar Lisa menutupi perasaannya.
            Jam menunjukkan pukul 12:00 diikuti dengan bunyi bel menandakan waktunya istirahat makan siang. Seluruh siswa dan siswi SMA Cemara berhamburan menuju kantin sekolah. Tampak kantin penuh sesak oleh siswa yang mengantri untuk mendapatkan makanannya. “Kantin yuk !”, ajak Tita pada teman-temannya yang lain. “Yuk-yuk !!”, sahut temannya yang lain mengiyakan. “Ikutan nggak ?”, ajak Tita pada Lisa. “Nggak ah, gue masih kenyang”, jawab Lisa malas. “Alaaaah bilang aja nggak ada uang lagi”, sahut Sarah yang datang entah darimana. “Namanya juga anak kos mana ada uang makan tanggal segini. Udah habis buat beli sabun biar putih dong, ya kan ?”, tambahnya. “Eh, bisa nggak sih lu diem aja ? Nyahut mulu kayak burung perkutut. Urusin aja urusan lu sendiri”, ujar Tita kesal. “Dududu… Eh kayak suara gaib gitu deh. Kalian denger nggak ?”, ledek Sarah mengabaikan perkataan Tita yang kesal akan ulahnya. “Udah-udah”, Lisa mencoba menahan Tita agar tak tersulut emosinya. “Nah, itu baru bener”, tanggap Sarah sambil menjentikkan jarinya ke wajah manis Lisa. “Tepi-tepi, gue mau lewat. Ntar gue ketularan penyakit kalian lagi, penyakit kulit item”, ujar Sarah sambil melirik Lisa yang masih duduk dibangkunya.
            Teriknya matahari dan bisingnya suara knalpot kendaraan menemani perjalan pulang Lisa menuju kosnya. Sepanjang jalan Lisa melihat orang-orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Tak jarang ia menyapa orang yang dikenalnya saat diperjalanan. Lisa memang dikenal sebagai gadis yang ramah di lingkungan kosnya. Senyum yang terlukis dari parasnya yang manis terlihat sangat teduh dan  menyejukkan hati.
            Sesampainya di kos, Lisa masuk dan langsung merebahkan badannya yang mungil ke ranjang yang sama sekali tidak empuk. Ranjang yang berisi kapuk itu memang sudah tidak nyaman lagi digunakan namun Lisa sudah terbiasa dengan keadaan tersebut. “Tok… tok… tok…”. Lisa langsung bangkit dari posisinya dan membuka pintu kamarnya. “Eh Ibu, kenapa ya, Bu ? Sekarang kan masih tanggal 25, Bu”, ujar lisa yang kaget melihat Ibu Kos mendatanginya. “Nggak, ini ada titipan”, ucap Ibu Kos sambil menyerahkan bungkusan berisi tiga botol susu ukuran sedang. “Oooh kirain nagih uang kos, Bu”, ujar Lisa merasa tidak enak. “Tapi dari siapa ya, Bu ?”, tanyanya heran. Selama ini ia tidak pernah menerima titipan dari siapapun. “Katanya dia kakak laki-laki kamu”, jawab Ibu Kos. “Ternyata kakak kamu ganteng juga ya, Lis.  Ibu mau atuh punya menantu seperti kakak kamu, hehehe”, tambahnya sambil berlalu meninggalkan kamar Lisa. “Makasih ya, Bu”, teriak Lisa yang semakin heran. Lisa adalah anak pertama dikeluarganya. Ia hanya memiliki satu adik laki-laki yang tinggal bersama dengan orang tuanya di Bogor. Jadi, siapa sebenarnya yang memberikan titipan ini ? Lisa yang bertanya-tanya dalam hatinya segera melihat botol-botol susu yang diberikan oleh Ibu Kos tadi.
“Asik rasa coklat”, ujarnya girang. Susu coklat memang kegemarannya. “Eh ! Apaan nih ?”, ujar Lisa sambil melihat amplop yang ada didalam tas kertas bersama dengan botol susu coklat tadi. Lisa membuka dan membaca isi surat tersebut dengan hati-hati. Surat tersebut berisi panduan meminum susu dan catatan lainnya. Lisa semakin bingung dengan titipan tersebut.


“Apaan sih nih ?”, ujar Lisa penasaran. “Minumnya harus malem ?”, Lisa tambah penasaran. “Apa sih maksudnya ?”, semakin banyak pertanyaan yang datang kekepalanya. “Yaudah deh nanti gue minum, kebetulan nanti malam nggak ada makanan bisa minum ini aja”, putusnya. Lisa langsung memasukkan susu coklat tersebut ke dalam lemari pendingin di kamarnya yang kecil itu. “Krrrrr..”. “Duh lapernyaaa”, keluh Lisa. Ia langsung menuju dapur umum di kosnya dan memasak mie instan simpananya.
Dengan lahap ia menghabiskan mie instan rasa soto tersebut. Sudah tiga hari ini Lisa hanya makan mie instant sebagai menu makan siangnya. Tak ada yang asik dan menarik di kos. Hawa bosan cepat sekali terasa jika sudah ada di kos. Tidak ada yang bisa dilakukan dan juga tidak ada orang. Hanya ada beberapa kamar yang masih terisi. Maklum, besok hari libur panjang. Banyak teman kos Lisa yang memutuskan pulang ke kampung halaman untuk bertemu orangtua. “Sepi banget”, ujarnya sambil menghela nafas dan memutuskan untuk tidur siang setelah perutnya terisi oleh mie instan rasa soto yang dibuatnya tadi.
Matahari mulai turun, sinarnya berubah menjadi kejingga-an. Udara sore yang sejuk menyeruak memasuki kamar Lisa. Lisa bangun dengan malas dan menuju kamar mandi utuk membasuh wajahnya. Tidak ada yang menarik dari keseharian Lisa. Biasa dan flat. Hanya ada PR yang menumpuk dan hafalan-hafalan sekolah yang mengiringi kesehariannya. Namun, akhir-akhir ini ia dipusingkan dengan ulah Sarah yang selalu menindasnya. Entah apa yang diinginkan Sarah darinya. Terkadang timbul niatan untuk membalas perbuatan Sarah, namun diurungkannya. Lisa selalu memimpikan mempunyai paras cantik dan juga kulit bersih seperti Sarah. Kadang saja Lisa berkhayal menjadi seorang gadis yang populer yang cantik dan baik dikalangan siswa disekolah. Sayangnya, itu hanya mimpi yang sangat jauh dari kenyataan.
Bulan yang tak lupa ditemani oleh para bintang mulai menampakkan sinarnya. Menemani sunyinya Kos Rosetta yang ditinggal penghuninya. Kembali pada keseharian Lisa yang tidak menarik dan datar. Jika bicara cinta, Lisa sebenarnya naksir kakak kelasnya. Namanya Ken. Ken memang cowo populer disekolah sama seperti Sarah namun sikap Ken baik, suka menolong dan juga ramah pada siapapun. “Udah jam segini”, ujar Lisa yang menatap jam yang tergantung di dinding kamar berwarna biru langit. Jam sudah menunjukkan pukul 07:30. Perut yang hanya terisi mie instan rasa soto tadi siang pun sudah meraung-raung kelaparan. Sambil menatap layar smartphone-nya Lisa teringat akan susu coklat tadi siang. “Yaaaah, padahal gue udah laper, tapi belum ngantuk”, keluh Lisa mengingat susu tadi hanya boleh diminum sebelum tidur. “Yaudah deh nunggunya sambil ngerjain tugas Bahasa Inggris aja, lumayan biar nggak terasa banget lapernya”, putusnya.
Ditemani lagu-lagu Taylor Swift kegemarannya, dengan semangat ia menjawab satu persatu pertanyaan yang diajukan pada buku PR nya. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21:35. Perut Lisa kembali meraung-raung setelah perhatiannya teralihkan oleh pertanyaan-pertanyaan dalam bahasa inggris. Akhirnya, ia menutup buku dan langsung mengambil susu coklat yang sudah didinginkannya dalam lemari es untuk mengganjal perutnya yang sudah berteriak minta diisi. Segera diminumnya susu coklat tadi. Tidak ada yang aneh dari rasa susunya, sama saja seperti susu coklat yang dijual di mini market dan super market. Seteguk dua teguk ia minum susu coklat yang segar itu sampai habis. Rasa kantuk yang amat sangat tiba-tiba saja menghampiri Lisa. Dengan gontai Lisa berjalan menuju ranjangnya dan merebahkan badannya ke kasur yang tak lagi empuk itu. Ia pun tertidur dengan sangat pulas.
Cicit burung, udara sejuk, dan aroma segar dari rerumputan yang dibasahi hujan dini hari tadi membangunkan Lisa dari tidurnya yang nyenyak. “Telaaaaat !!!”, teriak Lisa panik setelah sadar jam sudah menunjukkan pukul 06:30. Secepat kilat ia beranjak mandi dan mempersiapkan semua keperluan sekolahnya. Tergesa-gesa hingga tak sempat sarapan pagi. Bahkan untuk bercermin saja ia tak sempat. Setelah mengunci pintu, ia langsung melesat ke sekolah nya dengan berjalan kaki seperti biasa.
“Cepat !! Cepat !!”, seru Pak Marwoto satpam sekolah yang hendak menutup pagar sekolah. Dengan terengah-engah Lisa dan teman-temannya yang juga terlambat berlari menuju gerbang sekolah. “Huuuuh, sampai juga”, ucap Lisa lega dan langsung menuju ke kelasnya. Sepanjang jalan para siswa memperhatikan Lisa dari jauh. “Ada yang aneh ya dari gue ?”, tanya Lisa dalam hati. Akhirnya langkahnya terhenti ke arah kelas 11 IPA 5, kelasnya. Terlihat di dalam sudah ada Miss Emma yang duduk di depan kelas. Jantung Lisa berdegup kencang dan kakinya terasa lemas. Seumur-umur Lisa tidak pernah terlambat pergi ke sekolah. Dengan perasaan campur aduk, Lisa memberanikan diri untuk mengetuk pintu kelasnya. “Permisi, Miss”, sapanya. Semua murid memperhatikan kedatangan Lisa dan merasa kaget, tidak terkecuali Miss Emma.

To be continued…


0 komentar:

Posting Komentar